spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kompleksitas Kandilo Plaza, Kala Jaya dan Tinggal Masa

PASER – Pusat pertokoan Kabupaten Paser, Kandilo Plaza, di Kelurahan Tanah Grogot, Kecamatan Tanah Grogot, kian diujung tanduk. Bangunan yang dulunya jadi lokasi perbelanjaan termegah di Bumi Daya Taka, sejak 2004 lalu, kini lesu bahkan tampak tidak terurus.

Meski masih dihuni oleh para pedagang yang mengais rejeki dari hasil transaksi, kondisi perekonomian yang tepat berlokasi dihadapan tugu Usuk Bulau, titik nol kilometer, selatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) ini, setiap tahun diakui pedagang, semakin menurun.

Dua dekade berselang, gambaran kejayaan itu kian mengarah menjadi kenangan. Bangunan yang dulunya ramai dikunjungi, kini tidak lagi menjadi hasrat pilihan utama masyarakat untuk berbelanja. Suasananya, lebih sunyi dan kios yang ada, sebagian besar tutup atau kosong.

Pedagang Sepatu, Ahmad Safrudin (50), warga Tanah Grogot yang telah berjualan sejak awal Kandilo Plaza berdiri, mengaku memilih untuk masih bertahan karena tidak adanya pilihan, meski jumlah pengunjung semakin berkurang.

“Semakin tahun tambah sepi. Kalau dulu kan masih ramai. Zaman sekarang, orang-orang sudah banyak beli online (dalam jaringan/daring). Itu jadi pengaruh,” kata Safrudin.

Foto: Eskalator di Kandilo Plaza

Antara Kejayaan Lampau dan Ketinggalan Zaman

Mengulas lampau, Safrudin menyebut, kondisi sekarang kian kontras dengan masa jaya Kandilo Plaza dahulu. Kala Kandilo Plaza hadir, lantai demi lantai diisi oleh beragam tenant. Mulai dari ragam pakaian, pusat permainan anak-anak, gerai makanan, hingga buku dan perlengkapan rumah tangga.

Namun, seiring berjalannya waktu, tampak banyak perubahan telah terjadi. Meski secara umum ragam tenant masih ada, tetapi, terkesan tidak mengalami kemajuan. Bahkan, salah satu tenant, konsisten menampilkan barang lampau yang kini sudah ketinggalan zaman.

Fenomena ini tidak lepas dari menurunnya perputaran ekonomi di Kandilo Plaza sendiri. Sebabnya, mulai dari penurunan daya beli masyarakat, kemunculan pesaing berupa tempat perbelanjaan baru, hingga pergeseran muktahir pasar di masyarakat ke arah digital.

Baca Juga:   Paser Akan Miliki Dokter Spesialis Jantung & Jiwa

Saat menyusuri lorong-lorongnya, tampak beberapa pedagang kios masih bertahan. Mereka berjuang, di tengah minimnya pengunjung. Kondisi fisik bangunan pun tampak mulai rusak. Lantainya retak, dinding kusam, serta fasilitas pendukung yang tidak berfungsi, seperti eskalator.

Eskalator seharusnya berfungsi sebagai alat transportasi vertikal, memungkinkan pedagang dan pengunjung untuk berpindah antar lantai tanpa harus berjalan naik atau turun tangga secara manual. Sayangnya, di Kandilo Plaza, itu mungkin terjadi, karena tidak adanya perbaikan.

Lelah bak mendaki mesin anak tangga yang terhubung dan seharusnya bergerak di atas lintasan yang digerakkan oleh motor listrik, pemandangan makin menyedihkan saat menaiki lantai tiga. Tempat yang dahulu menjadi pusat hiburan keluarga kini kosong, gelap dan tidak terawat.

Bagi Safrudin, saat itu Kandilo Plaza menjadi tempat favorit warga untuk berbelanja dan rekreasi. Sayangnya, hal itu tidak terjadi saat ini. Ia tentu berharap, agar ada langkah konkret dari pemilik atau pengelola bangunan untuk menghidupkan kembali suasana, terutama di lantai atas yang nyaris mati suri.

“Jadi harusnya di lantai atas itu diisi sama seperti tempat main kekinian atau olahraga, tempat kopi sama makanan. Itu saja kalau mau berisi di atas,” harapnya.

 

Penurunan Pendapatan dan Harapan

Hal serupa juga dirasakan pedagang lainnya. Sabrani (51) salah satu penjual perabotan rumah tangga. Ia mengaku, mengalami penurunan pendapatan secara drastis dalam beberapa tahun terakhir. Selain daya beli masyarakat yang turun, naiknya harga barang dan operasional ikut menjadi tekanan baginya.

Baca Juga:   Fahmi Beri Pemahaman Utuh Memaknai “Paser Tuntas”

“Faktor menurunnya ekonomi orang juga kan. Dan juga soal peningkatan harga barang semakin melonjak. Mungkin itu jadi faktor yang lebih signifikan,” katanya.

Penurunan pendapatan secara drastis, diakuinya sangat terasa. Apalagi, kebutuhan ekonomi yang kian meningkat yang membuatnya harus terus bertahan. “Mungkin sudah sekitar empat tahun penurunan pendapatan ini sangat drastis,” ungkapnya.

Meski begitu, ia tetap berharap turun tangan kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser. Tersiar kabar, bahwa lantai tiga Kandilo Plaza akan digunakan sebagai tempat hiburan. Wahana bowling ini, disambut baik para pedagang. Tidak lain, agar menarik minat masyarakat kembali mengunjungi plaza.

“Ini kan ada wacana mau diadakan permainan bowling di atas itu. Mudah-mudahan ada peningkatan terhadap minat masyarakat datang ke plaza kedepannya,” ucap Sabrani.

Foto: Salah satu kios di Kandilo Plaza

Nilai Sejarah, Penyesuaian dan Revitalisasi

Kandilo Plaza memiliki posisi strategis dan nilai historis tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Paser. Tempat ini, tidak hanya menjadi pusat belanja, tapi juga ruang interaksi antara warga lokal dan pengunjung dari luar daerah selama bertahun-tahun.

Kini, masa depan Kandilo Plaza berada di persimpangan. Apakah akan terus meredup atau dihidupkan kembali sebagai simbol kebangkitan ekonomi daerah. Para pedagang, pemerintah dan pengelola harus bersinergi untuk menentukan arah itu.

Upaya untuk terus bertahan agar laris dan jadi cuan tengah diupayakan. Salah satunya oleh Aas (50), warga Tanah Grogot. Ia mengakui, persaingan dengan penjualan online sangat terasa. Karena itu, ia harus mengikuti kekinian dan selera anak muda agar tetap relevan.

“Sekarang online juga kan persaingannya lebih ketat. Soalnya barang luar itu masuk ke tempat kita, jadi kita terus mengikuti arus lah. Apa yang anak muda cari, kita bawakan,” lanjutnya.

Baca Juga:   Sengkarut Angkutan Batu Bara, Membuat Warga Muak dan Butuh Ketegasan Pemerintah

Tidak lain itu ia lakukan guna menghindari penurunan omzet dari tahun ke tahun yang kian ia rasa. Ia menyebut bahwa dalam sehari, pendapatannya kini hanya sepertiga dari kondisi awal. “Kalau omzet biasanya sehari bisa Rp 300 ribu. Kalau sekarang, ya mungkin hanya Rp 100 ribu gitu lah,” tutur Aas.

Hal itu dilakukan Aas sebagai pedagang pakaian, untuk memenuhi kewajibannya sebagai pedagang yang menyewa asset Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser untuk membayar iuran bulanan yang besarannya tergantung ukuran toko.

“Contohnya ruko milik saya ini ukurannya 2×3 meter, iurannya Rp 160 ribu per bulan,” ungkapnya.

Diangannya, Revitalisasi dinilai sebagai bagian dari salah satu kebangkitan ekonomi. Namun revitalisasi bukan hanya soal mempercantik bangunan atau mengisi ulang kios-kios kosong. Hal ini juga menjadi momen penting bagi para pedagang untuk membenahi dan mengenali perubahan perilaku pembeli.

Memodernisasi sistem penjualan, hingga membuka diri terhadap platform digital termasuk melengkapi beberapa item yang dibutuhkan pembeli, perlu jadi pertimbangan pedagang pula untuk tetap dapat bertahan pada sistem ekonomi yang ada di Kandilo Plaza.

Ketika fasilitas mendukung, suasana Kandilo Plaza diyakini akan kembali hidup sehingga peluang baru akan muncul. Maka, dorongan untuk mengelola usaha secara lebih modern juga akan tumbuh. Dari sistem pembayaran digital, pemasaran daring, hingga penataan produk yang lebih kekinian.

Jika revitalisasi benar-benar dilakukan secara menyeluruh bukan tidak mungkin Kandilo Plaza akan bangkit bukan hanya sebagai pusat belanja tapi juga sebagai adaptasi dan semangat baru para pedagang di tengah tantangan zaman.

“Tanpa revitalisasi, kemungkinan Kandilo Plaza perlahan kehilangan pamornya,” ucapnya.

Pewarta: Abika Ramadhan

BERITA POPULER