spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Samsun Duga Produksi Gabah Turun akibat Lahan Pertanian Berkurang

SAMARINDA – Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), petani di Kalimantan Timur (Kaltim) memproduksi padi sebanyak 239.430 ton gabah kering giling (GKG) pada 2022, turun 5.250 ton GKG atau sebesar 2,15 persen dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 244.680 ton GKG.

Persoalan ini ditanggapi Wakil Ketua DPRD Kaltim, Muhammad Samsun. Ia mengungkapkan, produksi gabah di Kaltim mengalami penurunan kemungkinan disebabkan berkurangnya lahan pertanian daripada dampak dari perubahan iklim El Nino. Hal ini secara signifikan telah mempengaruhi hasil panen dan dapat berdampak nyata pada musim tanam berikutnya.

“Jika ada penurunan produksi gabah saat ini, lebih mungkin disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanian dari pada dampak dari perubahan iklim El Nino,” jelasnya, Minggu (29/10/2023).

Samsun menyoroti pentingnya Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk merancang strategi yang efisien guna memenuhi kebutuhan masyarakat di Kaltim.

“Langkah-langkah antisipasi harus dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya terkait dengan perayaan-perayaan khusus seperti Lebaran atau Natal. Keberlanjutan pasokan pangan sepanjang tahun perlu menjadi perhatian utama,” ujarnya.

Baca Juga:   Agiel Suwarno Ingatkan Perusahaan Taat Bayar Pajak dan Pendataan TKA

Meskipun Kaltim selama ini sering mendatangkan beras dari luar wilayah ketika stok menipis, namun katanya, fokus utama harus selalu diberikan pada produksi beras lokal.

“Produksi beras lokal mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan dan merupakan langkah yang diperlukan untuk memastikan ketersediaan beras yang stabil di wilayah Kaltim,” jelasnya.

Politisi PDI Perjuangan ini menyarankan beberapa upaya untuk mendorong para petani menghasilkan pangan berkualitas, di antaranya petani perlu diberikan pendidikan dan pelatihan mengenai teknik pertanian modern, penggunaan pupuk organik, dan praktik-praktik berkelanjutan. Sembari mengupayakan pasar yang stabil dan adil bagi petani agar mereka dapat menjual hasil panen dengan harga yang layak.

“Pemerintah harus memastikan petani memiliki akses ke teknologi pertanian terbaru, seperti sistem irigasi yang efisien dan varietas unggul,” tandasnya. (ADV/RP)

BERITA POPULER